Selasa, 20 Juni 2017

REFERENSI BUGIS DI LAMPUNG







  1. Bugis Menyerang Tulang Bawang : http://institut-lampungologi.blogspot.co.id/2009/05/perang-dengan-sang-gariha-tiyuh-memon.html 
  2. Benteng Sabut Perang dengan Bugis Panaragan : http://arkeologilampung.blogspot.co.id/2008/02/hubungan-fungsional-situs-benteng-sabut.html 
  3. Minak Sengaji Orang Bugis sumber : https://sadadakhmad.blogspot.co.id/2010/04/abung-siwo-mego-dan-pubian-telu-suku.html?showComment=1497490608154#c1018708864296910935 
  4. Kampung Bugis Menggala Sumber : http://sadadakhmad.blogspot.co.id/2010/08/hubungan-lampung-dengan-masyarakat-luar.html 
  5. Kampung Bugis di Menggala : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/2016/11/04/tinggalan-sejarah-di-tulang-bawang/ 
  6. Bugis Menyerang Way Pengubuan : http://arkeologilampung.blogspot.co.id/2008/02/riwayat-singkat-negeri-katon-selagai.html 
  7. Sungkai Juga Kacau : Kecuali Damai dan Ubai akan meneruskan perjalanan ke daerah pedalaman Abung. Menurut kabar yang diterima di sana ada keributan perlu diamankan juga. Ketika mereka sampai di daerah Sungkai mereka bertemu dengan kepala-kepala kebuayan Sungkai yang menerangkan bahwa ada pertempuran di daerah Way Kanan sepanjang Way Pisang di Gilas. Pertempuran tersebut antara Abung Nunyai dengan kawan-kawannya menyerbu pihak Beliyuk dan Selagai. Lebih jelas mereka menunjuk Putih untuk berbicara langsung dengan Damai yang sengaja Putih mereka sembunyikan karena takut mendapat sasaran dari serangan Nunyai dan kawan-kawannya. Sumber : http://arkeologilampung.blogspot.co.id/2008/02/riwayat-singkat-negeri-katon-selagai.html 
  8. Adat Nambak : Meninggal dunia diadakan perayaan selawat. Sereno bumi. Nuwo dan Nambok orang tuanya yang sudah meninggal. Maka tiap-tiap penyimbang yang sudah diakui ia syah oleh kubuayan diharuskan tiap-tiap meliwati dari a s.d. tersebut di atas mengadakan perayaan potong kerbau, cangget gawi mengundang kebuayan-kebuayan yaitu namanya nemok dan diberi makan/minum serta diberi oleh-oleh. Setelah kembali ke tempat masing-masing membagi dau adat. Sumber : http://arkeologilampung.blogspot.co.id/2008/02/riwayat-singkat-negeri-katon-selagai.html 
  9. Bajau_bajau : Mulai pertengahan abad ke-19 M kompeni Belanda telah menduduki Telukbetung oleh sebab itu, Subing mengambil garis kebijaksanaan untuk meneramkan di daerah Abung/Seputih perlu mengadakan setiap kedua kompeni Belanda di Gunung Sugih untuk mengamankan seluruh perampokan-perampokan yang diadakan oleh bajau-bajau di sekitar daerah Abung/Seputih. Setelah keamanan terjamin maka penduduk membangun kembali baik moril maupun materiil begitupun adat dan aturan yang hampir hilang di masa bajau beroperasi. Sedang pengambilan adat asli belum pulih kembali masih terhalang oleh kompeni Belanda pada saat itu. Sumber : http://arkeologilampung.blogspot.co.id/2008/02/riwayat-singkat-negeri-katon-selagai.html 
  10. Perang Bajau : http://journal.isi.ac.id/index.php/joged/article/view/333 
  11. Bajau Perampok : Perpecahan diantara mereka merugikan kehidupan mereka sendiri, apalagi pada masa itu daerah pedalaman Lampung seringkali dimasuki Bajau (perampok) dari laut Jawa untuk melakukan perampasan hasil bumi seperti lada dan hasil hutan lainnya, baik dipeladangan maupun diperkampungan mereka. Sumber : http://greatlampung.blogspot.co.id/2012/10/persekutuan-hukum-adat-abung-dan.html 
  12. Kamus Bajau : http://rajaampau.blogspot.co.id/2014/07/bahasa-lampung.html 
  13. Minak seng aji suami bulan itu bugis : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1076626172379026&id=335518323156485 
  14. Bajau di pesisir ; Maka ketika kampung Putih yang masih sepi ini diserang oleh bajak-bajak laut (bajau), sehingga ada sebahagian penduduk menghindari bajau ini dengan berpindah ke pedalaman lebih jauh dari pantai, maka jadilah kampung-kampung Tanjungbetuah, Banjakhmanis, dan lain-lain. Berkali-berkali bajak laut itu menyerang dan merampas harta-harta penduduk di sepanjang pantai-pantai yang masih berpenduduk sepi itu.Bajak-bajak itu diperkirakan bersamaan dengan datangnya Belanda ke Indonesia sekitar tahun 1682, karena pada watu itu banyak perampok (perompak) sebagai bajak laut atau lanum yaitu anak buah Sultan Iskandar, tapi dihancurkan oleh Belanda Tahun 1704. Mungkin juga adalah suku Raas yakni pelaut-pelaut dari kepulauan Mentawai, atau suku Bugis dari Sulawesi.Karena serangan-serangan bajak laut yang berkali-kali itu maka 4 saudara yang masih tinggal di Putih bersepakat untuk memanggil Dalom Pamotokh Jagat atau Lanang Akuan yang berada di Kalianda untuk kembali ke Putih guna mempertahankan serangan dari para bajau itu.Mereka juga sepakat untuk mengangkat Dalom Pamotokh Jagad atau Lanang Akuan untuk menjadi pimpinan adat (Kepala Adat) di Kebandakhan Putih. Dia setelah dibujuk, datang ke Putih dengan membawa pedang terhunus sedang sarung pedang itu masih ditinggal di Kalianda. Hal ini konon, yang membuktikan adanya persamaan sejarah antara keturunan Pamotokh Jagad di Kalianda dan di Putih. Sumber : http://muallakkhia.blogspot.co.id/2013/03/cukuh-balak-adat-saibatin-lampung.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar