Senin, 07 Desember 2020

6 (Enam) Tokoh Perintis Kemerdekaan RI Asal Sungkai Bunga Mayang

 


Negara Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ini adalah hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang dipelopori oleh para Perintis Pergerakan Kebangsaan / Kemerdekaan sejak bertahun-tahun dengan mempertaruhkan segenap jiwa raga, harta benda sehingga tidak sedikit dari mereka itu gugur dan menderita menghadapi kekuatan Pemerintah Penjajahan. Untuk itu Pemerintah telah mengeluarkan berturut-turut Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1958. Peraturan Presiden No. 20 Tahun 1960 dan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 1961.[1]

Jika Kita Buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) maka kita dapatkan  Arti kata perintis kemerdekaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pe.rin.tis kemerdekaan orang-orang yg ikut serta mencapai Indonesia merdeka.[2]

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1958 Tentang Pemberian Penghargaan Tunjangan Kepada Perintis pergerakan Kebangsaan Kemerdekaan, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno tanggal 9 Juli 1958.  Yang dimaksud dengan perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan dalam peraturan ini ialah:

a.       Mereka yang menjadi pendiri atau pemimpin pergerakan, yang membangkitkan kesadaran kebangsaan/kemerdekaan, dan/atau.

b.      Mereka yang giat dan aktif bekerja kearah itu dan oleh karenanya mendapat hukuman dari Pemerintah kolonial;

c.       Mereka yang terus menerus menentang pemerintah penjajahan sampai pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.[3]

 Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tersebut di jelaskan pula bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang menghasilkan Negara Republik Indonesia, yang merdeka dan berdaulat, telah dipelopori olehperintis-perintis pergerakan kebangsaan, baik yang menjadi pendiri atau yang menjadi pemimpin pergerakan yang membangkitkan kesadaran, maupun mereka yang giat dan aktif bekerja ke arah itu dan oleh karena mendapat hukuman.

Jadi, Para Perintis kemerdekaan yang telah di tetapkan Pemerintah Repulik Indonesia yang  berasal dari Sungkai Bunga Mayang ini  tidak di ragukan lagi mereka merupakan Tokoh yang telah berjuang mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan, diakui dan disahkan sebagai Perintis Kemerdekaan melalui  Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia.

Mereka merupakan pemimpin pergerakan yang membangkitkan kesadaran kebangsaan/kemerdekaan dan atau mereka yang pernah mendapat hukuman dari Pemerintah Kolonial karena giat dan aktif dalam Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan dan/atau anggota-anggota Angkatan Bersenjata dalam ikatan kesatuan secara teratur yang gugur dan yang mendapat hukuman sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan karena berjuang melawan Pemerintah Kolonial dan/atau mereka yang terus menerus aktif menentang Pemerintah Kolonial sampai saat Proklamasi.

Berikut ini merupakan 6 (Enam) Perintis Kemerdekaan yang Berasal Dari Marga Sungkai Bunga Mayang :

1.      H. Kamaroeddin Gelar Soetan Ratoe Agoeng Sempoernadjaja  (Asal Negara Batin)

 

Foto H. Kamaroeddin sedang bersalaman dengan Soekarno

Pria kelahiran Negara Batin, Sungkai, Lampung Utara, pada 1910. Pada usia muda, Kamaroeddin dipercaya Pemerintah Kolonial Belanda mengangkatnya sebagai pegawai di Tulangbawang. Tahun 1927, Kamaroeddin dibawa asisten demang pindah ke Natar. Di sini Kamaroeddin menjadi ajunct djaksa sebagai tukang periksa perkara.  Kamaroeddin disukai karena pandai, rajin membaca, dan gemar berdiskusi. Kamaroeddin kemudian menekuni jurnalistik di Persbureauw NERA di Batavia. Ia juga membantu surat kabar Utusan Sumatera dan Pewarta Deli. Sempat ditahan Belanda karena artikelnya, Kamaroeddin kemudian mendapat amanat menjadi hoofd redakteur Fadjar Sumatera.

Semasa Residen Lampung Mr Gele Harun, Kamaroeddin menjabat Kepala Biro Politik di Kantor Residen Lampung. Kamaroeddin wafat pada 22 Maret 1985. Ia meninggalkan 8 anak, 4 laki-laki, 4 perempuan. Kamaroeddin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tanjungkarang. Nama H Komarudin  di jadikan nama jalan di  daerah Rajabasa, persis di seberang Jalan Kapten Abdul Haq, terdapat jalan H Komarudin. Jalan ini ada sejak zaman Wali Kota Bandar Lampung Suharto di era 1990-an.[4]

 

2.      H. Hifni Ratu Kepala Migo (Asal Sukadana Ilir)

 

Foto H. Hifni Ratu Kepala Migo 9 (Duduk Kiri)

Beliau di Makam kan di Ketapang, Sungkai Selatan. Ayah dari Jamaludin Hifni Gelar Ratu Asal (Ketapang-Sungkai Selatan)

 

3.      Harun Bin Ali Gelar Pangiran Syarif (Asal Kotanegara)

 

Foto Harun Bin Ali Gelar Pangiran Syarif dan Makam Beliau

Harun Bin Ali Gelar Pangiran Syarif  dilahirkan di desa Kota Negara  Tahun  1910, anak dari Ali Gelar Suntan Buay Awang Paksi 4 Kotanegara Ilir,  Agama Islam, diangkat sebagai Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan Surat Menteri Sosial RI Nomor : No.Pol. 57/VIII/73/P.K tanggal 9 Agustus 1973.  Riwayat pendidikan pernah  Sekolah kebangsaan perguruan rakyat di    Kampung    Kotanegara Ilir tahun 1920. Di tahun yang sama mengikuti Pendidikan Politik ( Kursus Politik ) PSII tahun 1920.  Dalam  dokumen riwayat hidup yang di tulis beliau ketika pemenuhan syarat menjadi perintis kemerdekaan kita temukan, riwayat perjuangan beliau yakni :

 

SK. Perintis Kemerdekaan dari Kemensos RI

a.             Setelah keluar dari sekolah kebangsaan perguruan rakyat dikampung Kota Negara Ilir pada tahun sebelum 1920, Memimpin Pandu K.B.I Marga Bunga Mayang sebagai kepala regu, serta mendapat pendidikan politik ( kursus politik ) antara lain dari saudara Kamarudin dan Sjamsul-Hamid pada waktu itu.

b.            Tahun 1920 menjadi anggota S.I Marga Bunga Mayang Sungkai, dengan kedudukan sebagai badan propaganda, karena dalam menjalankan propaganda  dianggap berbahaya ( menentang penjajah Belanda ) pada tahun 1926 di tahan dipenjara Kotabumi selama 6 ( enam ) bulan.

c.             Pada Tahun 1930 Bergerak Dilapangan Partai Serikat Islam Indonesia ( PSII ) dikampung Negara Batin dengan kedudukan sebagai komisaris, karena  kegiatan-kegiatan ternyata menentang pemerintah Belanda maka selama 2 ( dua ) bulan dipenjara  di Kotabumi.

d.            Pada tahun 1935 sebagai komisaris PSII Marga Bunga Mayang Sungkai, mengadakan propaganda menentang penjajahan sehingga tercium oleh pemerintah Belanda  akhirnya pada tahun itu juga dipenjara lagi dikotabumi selama 6 ( enam ) bulan.


Foto Daftar Riwayat Hidup Harun Bin Ali Gelar Pangiran Syarif

e.             Pada tahun 1937 melakukan kegiatan menentang pemerintah Belanda secara terang-terangan sehingga selama 3 bulan dipenjara lagi di Kotabumi dan seterusnya diawasi oleh pemerintah sehingga tidak bisa melakukan kegiatan berbentuk apapun yang pengawasan pemerintah tersebut hingga tahun 1940.

f.             Setelah Jepang datang turut menjaga keamanan menjadi Kansiso Kecamatan Negara Ratu, Kabupaten Lampung Utara disamping itu propaganda Hihodan Gajugun ( Tentara Sukarela ) didalam itu juga secara bergantian para penjaga naik di pos penjagaan tempat minum kereta api stasiun Negara Ratu, mencatatat semua kapal yuang lewat, jam, tanggal dan menggambar kapal yang lewat tersebut.

g.            Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Kecamatan Negara Ratu - Ketapang 1945.

h.            Zaman Merdeka Turut Sebagai Ketua Penerangan Angkatan Muda  ( A.P.I ) di Kecamatan Negara Ratu Kabupaten Lampung Utara.

i.              Tahun 1950 s.d 1956 Anggota Dewan Negeri Sungkai Kecamatan Negara Ratu-Ketapang Kabupaten Lampung Utara. [5]    


Foto Daftar Riwayat Hidup Harun Bin Ali Gelar Pangiran Syarif

Dari keterangan diatas jika kita total waktu menjalani hukaman/penjara oleh pemerintah Belanda,  bahwa Harun Bin Ali Gelar Pangiran Syarif  menjalani Penjara 1 Tahun 5 bulan  mendekam di Penjara di Kotabumi. Beliau juga sebagai pelopor berdirinya Koperasi sebagai pilar perekonomian bangsa di Marga Sungkai Bunga Mayang yang terlebih dahulu berdiri pada 12 Juli 1947.

Sehingga tidak berlebihan jika beliau di sebut Bapak Koperasi Marga Sungkai Bunga Mayang.  Beliau beralamat Terakhir  Jalan Stasiun Negara Ratu, Kec. Sungkai Utara  Lampung Utara.  Meninggal dunia pada 27 September 1973 Pukul 23.00 WIB di Negara ratu dan  di makamkan di Makam Keluarga TPU Negara Ratu. 

4.      H. Nawawi Tuan Raja ( Asal Negara Batin )

 Beliau dimakamkan di Desa Negara Batin. Kakek dari Brigjen TNI Amalsyah Tarmizi yang pernah menjabat Komandan Korem Garuda Hitam. 

5.      Muis Tuan Ria ( Asal Kotanapal )

Dahulu Tinggal di Jagabaya Bandar Lampung 

6.      Mangku Rajo ( Asal Kotanegara ) 

Dahulu Tinggal di Teba Sepang Bandar Lampung 

Itulah keenam nama Perintis Kemerdekaan Asal Marga Sungkai Bunga Mayang yang penulis coba himpun dari Ahli Waris yakni Jamaludin Hifni Gelar Ratu Asal ( Anak dari  H. Hifni Ratu Kepala Migo ) dan Juanda Harun ( Anak dari Harun Bin Ali Gelar Pangiran Syarif ). Dengan keterbatasan komunikasi dan waktu penulis mencoba menghimpun, menyusun sedikit informasi dan memberanikan diri menyampaikan informasi ke Publik mengenai Perintis Kemerdekaan. Mohon koreksi khususnya kepada Anak-Cucu Perintis Kemerdekaan dan semoga kedepan dapat di lengkapi dan di sempurnakan. Aamiin.

Penulis

Cucu Perintis

 

 Rovel Rinaldi, SHI., MH

Gelar. Suntan Syarif Marga



[1]  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 PRPS Tahun 1964 Tentang Pemberian  Penghargaan/tunjangan Kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/kemerdekaan

 [2]  https://teropong.id/arti-kata-perintis-kemerdekaan/

[3] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1958 Tentang Pemberian Penghargaan Tunjangan Kepada Perintis pergerakan Kebangsaan Kemerdekaan

Selasa, 01 Desember 2020

Peradaban di Way Tulung Buyut Marga Sungkai Bunga Mayang

           Sungai dalam bahasa Lampung Yakni Way/Batangari, Way Tulung Buyut yang terletak di Lampung Utara tepatnya Marga Sungkai Bunga Mayang. Sungai ini bermuara di  Way Sungkai di Ujung Desa Kotanegara Ilir dan berhulu di Kabupaten Way Kanan.

Jika kita telusuri Sungai Tulung Buyut ada beberapa desa/kampung yang lalui Sungai ini di mulai dari Muara Sungai yakni Desa Kotanegara Ilir, Hanakau Jaya, Tulung Buyut  dll.

Kala itu, Tulung Buyut  menjadi jalur transportasi yang menghubungkan antara ilir dan hulu yang menggunakan Biduk/rakit. Masih adanya desa atau kampong yang berdiri dan di temukannya sisa-sisa peradaban apakah  makam tua ataupun lainya menunjukan telah adanya peradaban di aliran Way Tulung Buyut ketika itu.

Beberapa bukti Peradaban di Sepanjang Way Tulung Buyut :

      a.           Desa Kotanegara Ilir

Desa ini merupakan Desa awal tempat Muara Way Tulung Buyut atau dengan kata lain sebagai pintu awal masuk ke aliran Way Tulung Buyut. Desa/Tiyuh ini telah lama berdiri dan dilewati 3 aliran Sungai yakni Way Sungkai, Tulung Buluh dan Tulung Buyut yang akan di bahas.



Tampak Desa Kota Negara Ilir 

(Jalan Lintas Negara Ratu-Bunga Mayang yang lintasi Desa)


Stempel Kotanegara bertulis Tahun 1818


            Banyak Tanda Peradaban yang kita dapat lihat di sepanjang Sungai/Way tulung Buyut ini di wilayah Kota Negara Ilir diantaranya :

            Ditemukan Tambak Kubur

          Tambak Kubur merupakan tradisi leluhur menumpuk tanah di permukaan sampai berbentuk gundukan tanah dengan tinggi 0,5 - 1meter dengan upacara adat tertentu sebagai bentuk penghormatan kepada pemilik makam karena yang meninggal  merupakan Tokoh.

        Tambak Bugis/Ratu Lehung yang terletak di Pinggir Ulok Mendapa. Letak Tambak  ini  tidak jauh dari pinggir jalan Raya ± 200 Meter, diperkirakan makam ini sejak abad  ke- 16 Masehi akhir.

Tambak Bugis/Ratu Lehung


Batu Nisan



b.    Makam Ulok Buntor/Makam Ringkik

            Makam ini terletak di Pinggir Ulok Buntor Way Tulung Buyut lebih hulu dari Way tulung Buyut/± 6-10 Km  di hulu/Unggak Desa Kotanegara Ilir dengan posisi tanah lebih tinggi (punjung). Konon Ringkik merupakan seorang Guru Silat/Pendekar yang telah beberapa kali berperang melawan Para Perampok yang ingin menyerang Kampung dan melawan Belanda ketika itu.



Gambar Tanah Tinggi/Punjung tempat makam Ringkik


Gambar Makam Ringkik

Dari  makam yang ada menandakan di daerah ini ada pemukiman danpeladangan masyarakat di kala itu, yang di perkirakan Abad ke-17 dan Way Tulung Buyut sebagai akses transportasinya.


Gambar Tampak Ulok Buntor Way Tulung Buyut dari Makam Ringkik


c.    Komplek Pemakaman di Rantau Helau

         Komplek pemakaman ini terletak di pinggir Sungai Telung Buyut terletak dihulu/Unggak Kotanegara Ilir ±15-20 Km atau tepatnya sekarang masuk wilayah administratif desa Hanakau Jaya dan sekarang masuk dalam HGU Perusahaan Sawit, disana ditemukan beberapa buah makam di antaranya Makam Minak Rajo sebagai salah satu Tokoh Kampung di Kotanegara.

Makam Minak Rajo diKomplek Pemakaman Rantau Helau Pinggir Way Tulung Buyut


Dari Kompleks makam yang ada menandakan telah adanya pemukiman atau peladangan di darah tersebut yang di perkirakan sekitar Abad ke- 18 pertengahan yang menggunakan akses Sungai/Way Tulung Buyut.

 

d.    Desa Hanakau Jaya

 

Desa ini merupakan desa pemekaran dari Desa Kotanegara berdasarkan Surat Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor : 285 Tahun 2000 Tentang Pengukuhan 3 (tiga) Desa Persiapan Hasil Pemecahan Menjadi Desa Defenitif Dalam Wilayah Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara tanggal 23 Desember 2000 sebelumnya daerah ini merupakan peladangan warga Kotanegara dan pada tahun 1980an masuklah Transos. Desa ini di Ambil dari nama Sungai Hanakau, tapi Sungai ini bermuara di Way Tulung Buyut dengan nama daerah Tempuran. Desa ini juga merupakan Desa Adat pemecahan dari Negeri Sakti yang juga Negeri Sakti Sebagai Desa Pecahan Adat dari Kampung Adat Kotanegara.


Gambar Surat Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor : 285 Tahun 2000



Salah Satu Plang Nama Desa Hanakau Jaya

e.    Desa Tulung Buyut

 

Desa Ini diambil langsung dari Nama Sungai/Way Tulung Buyut itu sendiri. Keberadaan Desa ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan jalur dan Stasiun kereta api yang melintasi daerah ini yakni  Stasiun yang terletak pada ketinggian +81 meter ini termasuk dalam Divisi Regional IV Tanjungkarang dan merupakan stasiun kereta api yang lokasinya paling utara di Kabupaten Lampung Utara serta berada di dekat perbatasan antara Lampung Utara dan Way Kanan.

Tampak Stasiun Tulung Buyut

Dari tulisan diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa Way Tulung Buyut sebagai sumber transportasi dan kehidupan masa lampau dan telah meninggalkan sisa-sisa peradaban Masa lampau dan sampai sekarang. Apalagi Kotanegara merupakan Asal-usul Puyang Penulis. Demikianlah sedikit tulisan ini yang penuh dengan kekurangan dan sedikit dapat menjadi salah satu referensi dan bahan diskusi.

Sarolangun, 1 Desember 2020

Penulis

 

 Rovel Rinaldi, S.H.I., M.H

(Gelar Suntan Syarif Marga)